Saturday, May 7, 2016

Terapi Relaksasi Otot Progresif


A.           Terapi relaksasi otot progresif
Menurut Herodes (2010), teknik relaksasi otot progresif adalah teknik relaksasi otot dalam yang tidak memerlukan imajinasi, ketekunan, atau sugesti. Berdasarkan keyakinan bahwa tubuh manusia berespons pada kecemasan dan kejadian yang merangsang pikiran dengan ketegangan otot (Davis, 1995). Teknik relaksasi otot progresif memusatkan perhatian pada suatu aktivitas otot dengan mengidentifikasi otot yang tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan melakukan teknik relaksasi untuk mendapatkan perasaan relaks (Herodes, 2010).  Teknik relaksasi otot progresif merupakan suatu terapi relaksasi yang diberikan kepada klien dengan menegangkan otot-oto tertentu dan kemudian relaksasi. Relaksasi progresif adalah salah satu cara dari teknik relaksasi mengombinasikan latihan napas dalam dan serangkaian seri kontraksi dan relaksasi otot tertentu. (Kustanti dan Widodo, 2008).
Menurut Stuart & Laraia (2005) Gangguan fisik dapat mengancam integritas diri seseorang, ancaman tersebut berupa ancaman eksternal dan internal. Sedangkan Taylor (2007) mengatakan bahwa ancaman gangguan fisik yang terjadi dalam kehidupan individu dapat menjadi stressor yang bisa menyebabkan terjadinya stress dan kecemasan. Stres dan kecemasan serinhkali terjadi pada kehidupan seseorang dan disebabkan oleh semua peristiwa yang dialami sehari-hari.
Menurut Stuart dan Laraia (2005) ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki obyek yang spesifik, dialami secara subyektif dan dikomunikasikan secara interpersonal. Respon individu bersifat unik dan membutuhkan pendekatan yang unik pula. Salah satu terapi spesialis keperawatan jiwa sebagai manajemen ansietas adalah dengan progressive muscle relaxation yang merupakan bagian dari terapi relaksasi.
Penggunaan relaksasi dalam bidang klinis telah dimulai semenjak awal abad 20 ketika Edmund Jacobson melakukan penelitian dan dilaporkan dalam sebuah buku Progressive Relaxation yang diterbitkan oleh Chicago University Press pada tahun 1938. Jacobson menjelaskan mengenai hal-hal yang dilakukan seseorang pada saat tegang dan rileks. Pada saat tubuh dan pikiran rileks, secara otomatis ketegangan yang seringkali membuat otot-otot mengencang akan diabaikan (Zalaquet & mcCraw, 2000 dalam ramdhani & Putra, 2009).
Progressive muscle relaxation adalah terapi relaksasi dengan gerakan mengencangkan dan melemaskan otot–otot pada satu bagian tubuh pada satu waktu untuk memberikan perasaan relaksasi secara fisik. Gerakan mengencangkan dan melemaskan secara progresif kelompok otot ini dilakukan secara berturut-turut (Synder & Lindquist, 2002). Pada latihan relaksasi ini perhatian individu diarahkan untuk membedakan perasaan yang dialami saat kelompok otot dilemaskan dan dibandingkan ketika otot-otot dalam kondisi tegang. Dengan mengetahui lokasi dan merasakan otot yang tegang, maka kita dapat merasakan hilangnya ketegangan sebagai salah satu respon kecemasan dengan lebih jelas (Chalesworth & Nathan, 1996).
Terapi ini didasarkan pada keyakinan bahwa tubuh berespon pada kecemasan yang merangsang pikiran dan kejadian dengan ketegangan otot, oleh karena itu dengan adanya relaksasi otot progresif yang bekerja melawan ketegangan fisiologis yang terjadi sehingga kecemasan bisa teratasi ( Davis dkk, 1995). Terapi relaksasi merupakan sarana psikoterapi efektif sejenis terapi perilaku yang dikembangkan oleh Jacobson dan Wolpe untuk mengurangi kecemasan dan ketegangan otot-otot, syaraf yang bersumber pada objek-objek tertentu (Goldfried dan Davidson, 1976 dalam Subandi, 2002).

B.            Teori Terapi Relaksasi Otot Progresif
Salah satu kebutuhan dasar klien adalah kebutuhan tidur dan istirahat. Sekitar 60% klien mengalami insomnia atau sulit tidur. Stress terhadap tugas maupun permasalahan lainnya yang tidak segera diatasi dapat menimbulkan kecemasan dalam diri seseorang. Kecemasan dapat berakibat pada munculnya emosi negative, baik terhadap permasalahan tertentu maupun kegiatan sehari-hari seseorang bila tidak diatasi. Semua ini dapat menyebabkan gangguan tidur atau insomnia. Insomnia pada klien dapat diatasi dengan cara nonmedikasi yaitu dengan terapi relaksasi sehingga seseorang kembali pada saraf normal (Alim, 2009). Salah satu terapi relaksasi adalah dengan terapi relaksasi otot progresif yang dapat membuat tubuh dan pikiran terasa tenang,relaks, dan memudahkan untuk tidur (Susanti, 2009).

C.           Tujuan Terapi Relaksasi Otot Progresif
Menurut Herodes (2010), Alim (2009), dan potter (2005), tujuan dari teknik ini adalah untuk:
1)             Menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan punggung, tekanan darah tinggi, frekuensi jantung, laju metabolic.
2)             Mengurangi disritmia jantung, kebutuhan oksigen;
3)             Meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien sadar dan tidak memfokuskan perhatian serta relaks;
4)             Meningkatkan rasa kebugaran, konsentrasi;
5)             Memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stress
6)             Mengatasi insomnia, depresi, kelelahan, iritabilitas, spasme otot, fobia ringan, gagap ringan, dan
7)             Membangun emosi positif dari emosi negative.

D.           Indikasi Terapi Relaksasi Otot Progresif
1.             Klien lansia yang mengalami gangguan tidur (insomnia).
2.             Klien lansia yang sering mengalami stress.
3.             Klien lansia yang mengalami kecemasan.
4.             Klien lansia yang mengalami depresi.

E.            Kontraindikasi Terapi Relaksasi Otot Progresif
1.             Klien lansia yang mengalami keterbatasan gerak, misalnya tidak bisa menggerakkan badannya.
2.             Klien lansia yang menjalani perawatan tirah baring (bed rest).



F.            Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan
Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan kegiatan terapi relaksasi otot
progresif.
1.             Jangan terlalu menegangkan otot berlebihan karena dapat melukai diri sendiri.
2.             Dibutuhkan waktu sekitar 20-50 detik untuk membuat otot-otot relaks.
3.             Perhatikan posisi tubuh. Lebih nyaman dengan mata tertutup. Hindari dengan posisi berdiri.
4.             Menegangkan kelompok otot dua kali tegangan.
5.             Melakukan pada bagian kanan tubuh dua kali, kemudian bagian kiri dua kali.
6.             Memeriksa apakah klien benar-benar relaks.
7.             Terus-menerus memberikan instruksi.
8.             Memberikan instruksi tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat.

G.           Teknik Terapi Relaksasi Otot Progresif
         Persiapan
         Persiapan alat dan lingkungan: kursi, bantal, serta lingkungan yang tenang dan sunyi.
         Persiapan klien:
1.             Jelaskan tujuan, manfaat, prosedur, dan pengisian lembar persetujuan terapi pada klien;
2.             Posisikan tubuh klien secara nyaman yaitu berbaring dengan mata tertutup menggunakan bantal dibawah kepala dan lutut atau duduk dikursi dengan kepala ditopang, hindari posisi berdiri;
3.             Lepaskan asesoris yang digunakan seperti kacamata, jam, dan sepatu;
4.             Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain yang sifatnya mengikat ketat.
         Prosedur
         Gerakan 1: ditujukan untuk melatih otot tangan.
1.             Genggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan.
2.             Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan sensasi ketegangan yang terjadi.
3.             Pada saat kepalan dilepaskan, klien dipandu untuk merasakan relaks selama 10 detik.
4.             Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga klien dapat membedakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan relaks yang dialami.
5.             Prosedur serupa juga dilatihkan pada tangan kanan.
         Gerakan 2: ditujukan untuk melatih otot tangan bagian belakang.
      Tekuk kedua lengan ke belakang pada pergelangan tangan sehingga otot di tangan bagian belakang          dan lengan bawah menegang, jari-jari menghadap ke langit-langit. Gerakan melatih otot tangan bagian depan dan belakang ditunjukkan pada gambar.
Gambar: 

 




                                                                        



Gerakan 3: ditujukan untuk melatih otot biseps (otot besar pada bagian atas pangkal lengan).
1.             Genggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan.
2.             Kemudian membawa kedua kepalan ke pundak sehingga otot biseps akan menjadi tegang.
Gambar:

Gerakan 4: ditujukan untuk melatih otot bahu supaya mengendur.
1.             Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan hingga menyantuh kedua telinga.
2.             Fokuskan atas, dan leher.

Gambar:

 









Gerakan 5 dan 6: ditujukan untuk melemaskan otot-otot wajah (seperti otot dahi, mata, rahang, dan mulut).
1.             Gerakkan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi dan alis sampai otot terasa dan kulitnya keriput.
2.             Tutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan disekitar mata dan otot-otot yang mengendalikan gerakan mata.
Gerakan 7: ditujukan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami oleh otot rahang. Katupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi sehingga terjadi ketegangan disekitar otot rahang.
Gerakan 8: ditujukan untuk mengendurkan otot-otot sekitar mulut. Bibir dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan ketegangan di sekitar mulut.

Gambar : 





Gerakan 9: ditujukan untuk merileksikan otot leher bagian depan maupun belakang.
1.             Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang baru kemudian otot leher bagian depan.
2.             Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat.
3.             Tekan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa sehingga dapat merasakan ketegangan dibagian belakang leher dan punggung atas.
Gerakan 10:  ditujukan untuk melatih otot leher begian depan.
1.             Gerakan membawa kepala ke muka.
2.             Benamkan dagu ke dada, sehingga dapat merasakan ketegangan di daerah leher bagian muka.
Gerakan 11: ditujukan untuk melatih otot punggung
1.             Angkat tubuh dari sandaran kursi.
2.             Punggung dilengkungkan.
3.             Busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10 detik, kemudian relaks.
4.             Saat relaks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil membiarkan otot menjadi lemas.
Gerakan 12: ditujukan untuk melemaskan otot dada.
1.             Tarik napas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara sebanyak-banyaknya.
2.             Ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan ketegangan di bagian dada sampai turun ke perut, kemudian dilepas.
3.             Saat ketegangan dilepas, lakukan napas normal dengan lega.
4.             Ulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan antara kondisi tegang dan relaks.
Gambar:


Gambar:





Gerakan 13: ditujukan untuk melatih otot perut.
1.             Tarik dengan kuat perut kedalam.
2.             Tahan sampai menjadi kencang dank eras selama 10 detik, lalu dilepaskan bebas.
3.             Ulangi kembali seperti gerakan awal perut ini.
Gerakan 14-15: ditujukan untuk melatih otot-otot kaki (seperti paha dan betis).
1.             Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang.
2.             Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian rupa sehingga ketegangan pindah ke otot betis.
3.             Tahan posisi tegang selama 10 detik, lalu dilepas.
4.             Ulangi setiap gerakan masing-masing dua kali.

H.           Kriteria Evaluasi
1.             Klien tidak mengalami gangguan tidur (insomnia) dan tidak stress.
2.             Kebutuhan dsasar klien terpenuhi.
3.             Tanda-tanda vital dalam batas normal.


A.           Kesimpulan
Ada 15 macam gerakan relaksasi yang bisa dilakukan untuk menurunkan stres dan kecemasan. Gerakan itu bisa dilatih pada area tangan, bahu, wajah, punggung, perut, dada dan kaki.
Gerakan relaksasi ini bisa dilakukan kapan saja, tanpa pembatasan waktu dan akan memberikan efek relaks apabila dilakukan dengan benar.

B.            Saran
Lakukan gerakan relaksasi ini secara bertahap dan tidak dalam sekali waktu. Bisa membagi 15 gerakan ini dalam 2 atau 3 sesi sesuai dengan kondisi dan kemampuan.. Setiap kali mengalami stres atau cemas, terapi ini bisa dilakukan, hati- hati bagi yang memiliki tekanan darah di atas normal ( > 120/80 mmHg). Terutama pada saat melakukan penegangan pada area leher, karena dikhawatirkan akan terjadi vaso konstriksi pembuluh darah leher.




DAFTAR PUSTAKA

Setyoadi dan Kushariyadi. 2011. Terapi Modalitas Keperawatan Pada Klien Psikogeriatrik. Jakarta. Salemba Medika.
Alim. 2009. “Langkah-Langkah Relaksasi Otot Progresif”.
http//www.psikologizone.com/Langkah-Langkah-Relaksasi-Otot-Progresif, diakses tanggal 25 Nopember 2010.
Perry, Patricia A., & Potter, Anne Griffin. (2005). Fundamental Keperawatan buku I edisi 7. Jakarta : Salemba Medika
Hawari, D. (2008). Manajemen Stres, Cemas dan Depresi. Jakarta : FKUI
Herodes, R. (2010). Anxiety and Depression in Patient.

4 comments: