A.
Terapi
relaksasi otot progresif
Menurut
Herodes (2010), teknik relaksasi otot progresif adalah teknik relaksasi otot
dalam yang tidak memerlukan imajinasi, ketekunan, atau sugesti. Berdasarkan
keyakinan bahwa tubuh manusia berespons pada kecemasan dan kejadian yang
merangsang pikiran dengan ketegangan otot (Davis, 1995). Teknik relaksasi otot
progresif memusatkan perhatian pada suatu aktivitas otot dengan
mengidentifikasi otot yang tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan
melakukan teknik relaksasi untuk mendapatkan perasaan relaks (Herodes,
2010). Teknik relaksasi otot progresif
merupakan suatu terapi relaksasi yang diberikan kepada klien dengan menegangkan
otot-oto tertentu dan kemudian relaksasi. Relaksasi progresif adalah salah satu
cara dari teknik relaksasi mengombinasikan latihan napas dalam dan serangkaian
seri kontraksi dan relaksasi otot tertentu. (Kustanti dan Widodo, 2008).
Menurut Stuart & Laraia (2005) Gangguan fisik dapat mengancam
integritas diri seseorang, ancaman tersebut berupa ancaman eksternal dan
internal. Sedangkan Taylor (2007) mengatakan bahwa ancaman gangguan fisik yang
terjadi dalam kehidupan individu dapat menjadi stressor yang bisa menyebabkan
terjadinya stress dan kecemasan. Stres dan kecemasan serinhkali terjadi pada kehidupan
seseorang dan disebabkan oleh semua peristiwa yang dialami sehari-hari.
Menurut Stuart dan Laraia (2005) ansietas adalah kekhawatiran yang tidak
jelas dan menyebar, berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.
Keadaan emosi ini tidak memiliki obyek yang spesifik, dialami secara subyektif
dan dikomunikasikan secara interpersonal. Respon individu bersifat unik dan
membutuhkan pendekatan yang unik pula. Salah satu terapi spesialis keperawatan
jiwa sebagai manajemen ansietas adalah dengan progressive muscle relaxation
yang merupakan bagian dari terapi relaksasi.
Penggunaan relaksasi dalam bidang klinis telah dimulai semenjak awal abad
20 ketika Edmund Jacobson melakukan penelitian dan dilaporkan dalam sebuah buku
Progressive Relaxation yang diterbitkan oleh Chicago University Press
pada tahun 1938. Jacobson menjelaskan mengenai hal-hal yang dilakukan seseorang
pada saat tegang dan rileks. Pada saat tubuh dan pikiran rileks, secara
otomatis ketegangan yang seringkali membuat otot-otot mengencang akan diabaikan
(Zalaquet & mcCraw, 2000 dalam ramdhani & Putra, 2009).
Progressive muscle relaxation adalah terapi relaksasi dengan
gerakan mengencangkan dan melemaskan otot–otot pada satu bagian tubuh pada satu
waktu untuk memberikan perasaan relaksasi secara fisik. Gerakan mengencangkan
dan melemaskan secara progresif kelompok otot ini dilakukan secara
berturut-turut (Synder & Lindquist, 2002). Pada latihan relaksasi ini
perhatian individu diarahkan untuk membedakan perasaan yang dialami saat kelompok
otot dilemaskan dan dibandingkan ketika otot-otot dalam kondisi tegang. Dengan
mengetahui lokasi dan merasakan otot yang tegang, maka kita dapat merasakan
hilangnya ketegangan sebagai salah satu respon kecemasan dengan lebih jelas
(Chalesworth & Nathan, 1996).
Terapi ini didasarkan pada keyakinan bahwa tubuh berespon pada kecemasan
yang merangsang pikiran dan kejadian dengan ketegangan otot, oleh karena itu
dengan adanya relaksasi otot progresif yang bekerja melawan ketegangan
fisiologis yang terjadi sehingga kecemasan bisa teratasi ( Davis dkk, 1995).
Terapi relaksasi merupakan sarana psikoterapi efektif sejenis terapi perilaku
yang dikembangkan oleh Jacobson dan Wolpe untuk mengurangi kecemasan dan
ketegangan otot-otot, syaraf yang bersumber pada objek-objek tertentu
(Goldfried dan Davidson, 1976 dalam Subandi, 2002).
B.
Teori
Terapi Relaksasi Otot Progresif
Salah
satu kebutuhan dasar klien adalah kebutuhan tidur dan istirahat. Sekitar 60%
klien mengalami insomnia atau sulit tidur. Stress terhadap tugas maupun
permasalahan lainnya yang tidak segera diatasi dapat menimbulkan kecemasan
dalam diri seseorang. Kecemasan dapat berakibat pada munculnya emosi negative,
baik terhadap permasalahan tertentu maupun kegiatan sehari-hari seseorang bila
tidak diatasi. Semua ini dapat menyebabkan gangguan tidur atau insomnia.
Insomnia pada klien dapat diatasi dengan cara nonmedikasi yaitu dengan terapi
relaksasi sehingga seseorang kembali pada saraf normal (Alim, 2009). Salah satu
terapi relaksasi adalah dengan terapi relaksasi otot progresif yang dapat
membuat tubuh dan pikiran terasa tenang,relaks, dan memudahkan untuk tidur
(Susanti, 2009).
C.
Tujuan
Terapi Relaksasi Otot Progresif
Menurut
Herodes (2010), Alim (2009), dan potter (2005), tujuan dari teknik ini adalah
untuk:
1)
Menurunkan ketegangan otot, kecemasan,
nyeri leher dan punggung, tekanan darah tinggi, frekuensi jantung, laju
metabolic.
2)
Mengurangi disritmia jantung, kebutuhan
oksigen;
3)
Meningkatkan gelombang alfa otak yang
terjadi ketika klien sadar dan tidak memfokuskan perhatian serta relaks;
4)
Meningkatkan rasa kebugaran,
konsentrasi;
5)
Memperbaiki kemampuan untuk mengatasi
stress
6)
Mengatasi insomnia, depresi, kelelahan,
iritabilitas, spasme otot, fobia ringan, gagap ringan, dan
7)
Membangun emosi positif dari emosi
negative.
D.
Indikasi
Terapi Relaksasi Otot Progresif
1.
Klien lansia yang mengalami gangguan
tidur (insomnia).
2.
Klien lansia yang sering mengalami
stress.
3.
Klien lansia yang mengalami kecemasan.
4.
Klien lansia yang mengalami depresi.
E.
Kontraindikasi
Terapi Relaksasi Otot Progresif
1.
Klien lansia yang mengalami keterbatasan
gerak, misalnya tidak bisa menggerakkan badannya.
2.
Klien lansia yang menjalani perawatan
tirah baring (bed rest).
F.
Hal-Hal
yang Perlu Diperhatikan
Berikut
adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan kegiatan terapi
relaksasi otot
progresif.
1.
Jangan terlalu menegangkan otot
berlebihan karena dapat melukai diri sendiri.
2.
Dibutuhkan waktu sekitar 20-50 detik
untuk membuat otot-otot relaks.
3.
Perhatikan posisi tubuh. Lebih nyaman
dengan mata tertutup. Hindari dengan posisi berdiri.
4.
Menegangkan kelompok otot dua kali
tegangan.
5.
Melakukan pada bagian kanan tubuh dua
kali, kemudian bagian kiri dua kali.
6.
Memeriksa apakah klien benar-benar
relaks.
7.
Terus-menerus memberikan instruksi.
8.
Memberikan instruksi tidak terlalu cepat
dan tidak terlalu lambat.
G.
Teknik
Terapi Relaksasi Otot Progresif
Persiapan
Persiapan
alat dan lingkungan: kursi, bantal, serta lingkungan yang tenang dan sunyi.
Persiapan
klien:
1.
Jelaskan tujuan, manfaat, prosedur, dan
pengisian lembar persetujuan terapi pada klien;
2.
Posisikan tubuh klien secara nyaman
yaitu berbaring dengan mata tertutup menggunakan bantal dibawah kepala dan
lutut atau duduk dikursi dengan kepala ditopang, hindari posisi berdiri;
3.
Lepaskan asesoris yang digunakan seperti
kacamata, jam, dan sepatu;
4.
Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang
atau hal lain yang sifatnya mengikat ketat.
Prosedur
Gerakan
1: ditujukan untuk melatih otot tangan.
1.
Genggam tangan kiri sambil membuat suatu
kepalan.
2.
Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan
sensasi ketegangan yang terjadi.
3.
Pada saat kepalan dilepaskan, klien
dipandu untuk merasakan relaks selama 10 detik.
4.
Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan
dua kali sehingga klien dapat membedakan perbedaan antara ketegangan otot dan
keadaan relaks yang dialami.
5.
Prosedur serupa juga dilatihkan pada
tangan kanan.
Gerakan
2: ditujukan untuk melatih otot tangan bagian belakang.
Tekuk
kedua lengan ke belakang pada pergelangan tangan sehingga otot di tangan bagian
belakang dan lengan bawah menegang, jari-jari menghadap ke langit-langit.
Gerakan melatih otot tangan bagian depan dan belakang ditunjukkan pada gambar.
Gambar:
Gerakan
3: ditujukan untuk melatih otot biseps (otot besar pada bagian atas pangkal
lengan).
1.
Genggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan.
2.
Kemudian membawa kedua kepalan ke pundak
sehingga otot biseps akan menjadi tegang.
Gambar:
Gerakan
4: ditujukan untuk melatih otot bahu supaya mengendur.
1.
Angkat kedua bahu setinggi-tingginya
seakan-akan hingga menyantuh kedua telinga.
2.
Fokuskan atas, dan leher.
Gambar:
Gerakan
5 dan 6: ditujukan untuk melemaskan otot-otot wajah (seperti otot dahi, mata,
rahang, dan mulut).
1.
Gerakkan otot dahi dengan cara
mengerutkan dahi dan alis sampai otot terasa dan kulitnya keriput.
2.
Tutup keras-keras mata sehingga dapat
dirasakan disekitar mata dan otot-otot yang mengendalikan gerakan mata.
Gerakan
7: ditujukan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami oleh otot rahang.
Katupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi sehingga terjadi ketegangan
disekitar otot rahang.
Gerakan
8: ditujukan untuk mengendurkan otot-otot sekitar mulut. Bibir dimoncongkan
sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan ketegangan di sekitar mulut.
Gambar :
Gerakan
9: ditujukan untuk merileksikan otot leher bagian depan maupun belakang.
1.
Gerakan diawali dengan otot leher bagian
belakang baru kemudian otot leher bagian depan.
2.
Letakkan kepala sehingga dapat
beristirahat.
3.
Tekan kepala pada permukaan bantalan
kursi sedemikian rupa sehingga dapat merasakan ketegangan dibagian belakang
leher dan punggung atas.
Gerakan
10: ditujukan untuk melatih otot leher
begian depan.
1.
Gerakan membawa kepala ke muka.
2.
Benamkan dagu ke dada, sehingga dapat
merasakan ketegangan di daerah leher bagian muka.
Gerakan
11: ditujukan untuk melatih otot punggung
1.
Angkat tubuh dari sandaran kursi.
2.
Punggung dilengkungkan.
3.
Busungkan dada, tahan kondisi tegang
selama 10 detik, kemudian relaks.
4.
Saat relaks, letakkan tubuh kembali ke
kursi sambil membiarkan otot menjadi lemas.
Gerakan
12: ditujukan untuk melemaskan otot dada.
1.
Tarik napas panjang untuk mengisi
paru-paru dengan udara sebanyak-banyaknya.
2.
Ditahan selama beberapa saat, sambil
merasakan ketegangan di bagian dada sampai turun ke perut, kemudian dilepas.
3.
Saat ketegangan dilepas, lakukan napas
normal dengan lega.
4.
Ulangi sekali lagi sehingga dapat
dirasakan perbedaan antara kondisi tegang dan relaks.
Gambar:
Gambar:
Gerakan
13: ditujukan untuk melatih otot perut.
1.
Tarik dengan kuat perut kedalam.
2.
Tahan sampai menjadi kencang dank eras selama
10 detik, lalu dilepaskan bebas.
3.
Ulangi kembali seperti gerakan awal
perut ini.
Gerakan
14-15: ditujukan untuk melatih otot-otot kaki (seperti paha dan betis).
1.
Luruskan kedua telapak kaki sehingga
otot paha terasa tegang.
2.
Lanjutkan dengan mengunci lutut
sedemikian rupa sehingga ketegangan pindah ke otot betis.
3.
Tahan posisi tegang selama 10 detik,
lalu dilepas.
4.
Ulangi setiap gerakan masing-masing dua
kali.
H.
Kriteria
Evaluasi
1.
Klien tidak mengalami gangguan tidur
(insomnia) dan tidak stress.
2.
Kebutuhan dsasar klien terpenuhi.
3.
Tanda-tanda vital dalam batas normal.
A.
Kesimpulan
Ada 15 macam gerakan relaksasi yang bisa dilakukan untuk
menurunkan stres dan kecemasan. Gerakan itu bisa dilatih pada area tangan,
bahu, wajah, punggung, perut, dada dan kaki.
Gerakan relaksasi ini bisa dilakukan kapan saja, tanpa pembatasan
waktu dan akan memberikan efek relaks apabila dilakukan dengan benar.
B.
Saran
Lakukan gerakan relaksasi ini secara bertahap dan tidak dalam
sekali waktu. Bisa membagi 15 gerakan ini dalam 2 atau 3 sesi sesuai dengan
kondisi dan kemampuan.. Setiap kali mengalami stres atau cemas, terapi ini bisa
dilakukan, hati- hati bagi yang memiliki tekanan darah di atas normal ( >
120/80 mmHg). Terutama pada saat melakukan penegangan pada area leher, karena
dikhawatirkan akan terjadi vaso konstriksi pembuluh darah leher.
DAFTAR PUSTAKA
Setyoadi
dan Kushariyadi. 2011. Terapi Modalitas
Keperawatan Pada Klien Psikogeriatrik. Jakarta. Salemba Medika.
Alim.
2009. “Langkah-Langkah Relaksasi Otot Progresif”.
http//www.psikologizone.com/Langkah-Langkah-Relaksasi-Otot-Progresif,
diakses tanggal 25 Nopember 2010.
Perry, Patricia A., & Potter, Anne Griffin. (2005). Fundamental
Keperawatan buku I edisi 7. Jakarta : Salemba Medika
Hawari,
D. (2008). Manajemen Stres, Cemas dan Depresi. Jakarta : FKUI
Herodes,
R. (2010). Anxiety and Depression in Patient.
(y)
ReplyDeletebagus..
ReplyDeleteMakasih...
ReplyDeletebagus, sangat membantu
ReplyDelete